A. Suara Hati
Kompetensi Dasar
3.5. Memahami sikap dan perilaku patuh terhadap suara hati dan dapat bertindak secara benar dan tepat
4.5. Berperilaku patuh terhadap suara hati dan dapat bertindak secara benar dan tepat
Tujuan Pembelajaran
- Setelah mendalami kisah boy dan sharing tentang pengalaman bertindak sesuai suara hati, peserta didik dapat memahami makna suara hati dilihat dan berbagai segi.
- Setelah mendalami pandangan Gereja (GS art. 16) dan Kitab Suci (Gal 5: 16-25), peserta didik dapat menjadikan suara hati sebagai hukum yang utama.
- Setelah mendalami proses tentang bertindak berdasarkan suara hati, peserta didik dapat membuat refleksi dan motto/stiker tentang penghayatannya berdasarkan suara hati.
Indikator
- Menjelaskan arti dan makna suara hati
- Menceritakan pengalaman bertindak berdasarkan suara hati.
- Menjelaskan pandangan Gereja tentang Suara Hati (GS, art. 16).
- Menyebutkan faktor-faktor penyebab tumpulnya suara hati.
- Merumuskan cara-cara untuk membina suara hati.
- Menafsirkan pesan Kitab Suci (Gal 5:16-25) yang berhubungan dengan suara hati.
- Menuliskan refleksi yang mengungkapkan niat untuk melakukan segala sesuatu menuruti suara hatinya
Bahan Kajian
- Arti dan makna suara hati
- Pengalaman bertindak berdasarkan suara hati.
- Pandangan Gereja tentang Suara Hati (GS, art. 16).
- Faktor-faktor penyebab tumpulnya suara hati.
- Cara untuk membina suara hati..
- Pesan Kitab Suci (Gal 5:16-25) yang berhubungan dengan suara hati.
Pemikiran Dasar
Perkembangan sosial yang begitu cepat banyak membawa perubahan
dalam berbagai aspek kehidupan, demikian juga persoalan-persoalan yang
ditimbulkannya. Persoalan-persoalan tersebut membutuhkan pemecahan yang tepat.
Di samping itu banyak tata nilai yang mengalami perubahan, seperti ketaatan,
sopan santun, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dsb. sering menjadi kabur.
Berhadapan dengan situasi itu kaum remaja perlu mendapatkan pendampingan,
sehingga tidak salah dalam mengambil keputusan. Mereka harus belajar membuat
keputusan dengan mendengarkan suara hati atau hati nuraninya.
Suara hati secara luas dapat diartikan sebagai keinsafan akan
adanya kewajiban. Hati nurani merupakan kesadaran moral yang timbul dan tumbuh
dalam hati manusia, sedangkan hati nurani secara sempit dapat diartikan sebagai
penerapan kesadaran moral dalam situasi konkret, yang menilai suatu tindakan
manusia atas buruk baiknya. Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan
jujur, walaupun dapat keliru.
Suara hati atau hati nurani merupakan daya atau kemampuan khusus
untuk membedakan perbuatan baik atau perbuatan buruk, serta menilai
baik-buruknya perbuatan itu berdasarkan akal budi. Conscience atau hati
nurani merupakan hasil dialog pribadi kita yang terdalam dengan Allah ketika
kita menghadapi dan menanggapi situasi
hidup sehari – hari.
Santo Paulus mengatakan kepada kita bahwa dalam diri kita ada dua
hukum,yaitu hukum Allah dan hukum dosa. Kedua hukum itu saling bertentangan.
Hukum Allah menuju kepada kebaikan, sedangkan hukum dosa menuju kepada
kejahatan. Santo Paulus menyadari bahwa selalu ada pergulatan antara yang baik
dan yang jahat dalam hati manusia (lih. Rom 7: 13-26). Sementara dalam suratnya
kepada jemaat di Galatia 5: 17 Santo Paulus mengatakan bahwa kita harus
memberikan diri dipimpin oleh Roh. Kita harus berusaha memenangkan hati nurani
kita dan mengalahkan kecenderungan kita yang menyesatkan. Kita harus peka
terhadap sapaan dan rahmat Allah.
Selanjutnya, Gereja melalui Konsili Vatikan II, khususnya dalam
Gaudium et Spes Art. 16, antara lain dikatakan, “Tidak jarang terjadi, bahwa
hati nurani keliru karena ketidaktahuan yang tak teratasi. Karena hal itu, ia
tidak kehilangan martabatnya. Hal itu sebenarnya tak perlu terjadi kalau
manusia berikhtiar untuk mencari yang benar dan baik”. Itu artinya manusia
tidak boleh tunduk dan mengalah pada situasi yang membelenggu suara hati.
Dengan bantuan Roh Allah kita dimampukan untuk mengalahkan kekuatan dahsyat
yang menguasai suara hati kita, yang oleh Santo Paulus dinamai kuasa/ keinginan
daging.
1. Hati nurani dapat diartikan secara luas dan secara sempit.
- Arti luas: Dalam arti luas hati nurani berarti kesadaran moral yang tumbuh dan berkembang dalam hati manusia. Keinsyafan akan adanya kewajiban.
- Arti sempit: Hati nurani merupakan penerapan kesadaran moral di atas dalam situasi konkret seperti yang dialami Boy dalam kisah tadi. Suara hati yang menilai suatu tindakan manusia benar atau salah, baik atau buruk. Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun dapat keliru.
2. Suara hati adalah suara Allah,
maka melawan suara hati berarti melawan Allah. Agar kita setia pada kehendak
Allah kita perlu bersatu dengan Roh Kudus dan mengandalkan kekuatannya
3. Kerja suara
hati dapat ditinjau dari berbagai segi:
a. Segi waktu
1)
Hati nurani dapat berperanan sebelum suatu tindakan dibuat. Biasanya,
hati nurani akan menyuruh kalau perbuatan itu baik dan melarang kalau perbuatan
itu buruk.
2)
Hati nurani dapat berperan pada saat suatu tindakan dilakukan. Ia
akan terus menyuruh jika perbuatan itu baik dan melarang jika perbuatan itu
buruk atau jahat.
3)
Hati nurani dapat berperan sesudah suatu tindakan dibuat. Hati nurani
akan “memuji” jika perbuatan itu baik dan hati nurani akan membuat kita gelisah
atau menyesal jika perbuatan itu buruk atau jahat.
b. Segi
benar-tidaknya
1) Hati
nurani benar, jika kata hati kita cocok dengan norma objektif, misalnya:
menolong orang yang sedang mengalami musibah.
2) Hati
nurani keliru, jika kata hati kita tidak cocok dengan norma Objektif
c. Segi
pasti-tidaknya
1) Hati
nurani yang pasti, artinya, secara moral dapat dipastikan bahwa hati nurani tidak
keliru.
2) Hati
nurani yang bimbang, artinya, masih ada keraguan.
4.
Penyebab
tumpulnya suara hati berikut ini:
a. Orang
yang bersangkutan tidak biasa menghiraukan hati nuraninya.
b. Orang
yang selalu bersifat ragu-ragu atau bingung.
c. Pandangan
masyarakat yang keliru. Misalnya: riba dianggap biasa!
d. Pengaruh
pendidikan dalam lingkungan keluarga atau lingkungan lainnya.
e. Pengaruh
propaganda, mass media dan arus massa.
5.
Cara
kerja suara hati, antara lain:
a. Sebelum
bertindak, ia berfungsi sebagai petunjuk (indeks), yang mengingatkan pengetahuan kita bahwa ada
yang baik dan ada yang buruk. Sesungguhnya kesadaran moral semacam ini sudah
dimiliki setiap orang dewasa.
b. Pada
saat-saat menjelang bertindak, ia bertindak sebagai hakim (iudeks), yang
menyuruh kita melakukan yang baik dan melarang/menghindari yang jahat. Selama
perbuatan itu belum selesai, suara hati akan bekerja terus antara menyuruh melakukan
yang baik dan melarang melakukan yang jahat.
c. Sesudah
tindakan selesai dilakukan, ia berfungsi memberikan vonis (vindeks),
yang akan menyatakan apakah perbuatan kita itu tepat atau tidak tepat. Bila
yang kita lakukan itu benar, ia akan memberikan pujian sehingga kita merasakan
ketenangan, tetapi bila yang kita lakukan itu yang jahat dan salah maka ia akan
memberikan hukuman, yang membuat kita merasa bersalah dan tidak tenang, merasa
dikejar-kejar kesalahan, dan sebagainya.
6. Lewat hati nuraninya yang bersih,
setiap orang dipanggil untuk bekerjasama memecahkan persoalan-persoalan dalam
masyarakat, sehingga persoalan-persoalan dalam masyarakat seharusnya dipecahkan
pertama-tama melalui dialog yang dilandasi hati nurani, karena hati nurani
adalah suara Allah. Jangan langsung didekati secara agama masing-masing atau
melalui hukum.
Contoh: ketika menangkap orang yang mencuri pisang hanya beberapa
biji, menurut hukum wajib dikenai hukuman. Tetapi bisa jadi bila didekati
secara nurani, akan muncul belas kasihan sehingga pencuri itu diampuni.
Contoh lain: bila ada pasangan muda-mudi berbeda agama mau menikah,
menurut hukum Perkawinan Negara dilarang, tetapi bila menuruti hati nurani
mungkin orang akan berpikir mengapa cinta harus dibatasi dengan peraturan?
7.
Suara
hati dapat dibina dengan cara:
a.
Mengikuti suara hati dalam segala hal
·
Seseorang yang selalu berbuat sesuai dengan hati nuraninya, hati
nurani akan semakin terang dan berwibawa.
·
Seseorang yang selalu mengikuti dorongan suara hati, keyakinannya
akan menjadi sehat dan kuat. Dipercayai orang lain, karena memiliki hati yang
murni dan mesra dengan Allah “Berbahagialah orang yang murni hatinya, karena
mereka akan memandang Allah.” (Mat 5: 8).
b.
Mencari keterangan pada sumber yang baik
·
Dengan membaca: Kitab Suci, Dokumen-Dokumen Gereja, dan buku-buku
lain yang bermutu.
·
Dengan bertanya kepada orang yang punya pengetahuan/ pengalaman
dan dapat dipercaya
·
Ikut dalam kegiatan rohani, misalnya rekoleksi, retret, dsb.
·
Koreksi diri atau introspeksi
·
Koreksi atas diri sangat penting untuk dapat selalu mengarahkan hidup
kita.
c.
Menjaga kemurnian hati
·
Menjaga kemurnian hati terwujud dengan melepaskan emosi dan nafsu,
serta tanpa pamrih, yang nampak dalam tiga hal:
·
Maksud yang lurus (recta intentio): ia konsisten dengan apa
yang direncanakan, tanpa dibelokkan ke kiri atau ke kanan.
·
Pengaturan emosi (ordinario affectum): ia tidak menentukan keputusan secara emosional.
·
Pemurnian hati (purification cordis): tidak ada kepentingan
pribadi atau maksud-maksud tertentu di balik keputusan yang diambil.
·
Hal ini dapat dilatih dengan penelitian batin, seperti merefleksikan
rangkaian kata dan tindakan sepanjang hari itu, berdoa sebelum melakukan
aktivitas, dan lain-lain.
Menghayati Suara Hati Sebagai Pedoman dalam Mengambil Keputusan.
Ambil
sikap hening. Dalam suasana hening, baca dan renungkan uraian berikut ini
·
Suara hati adalah tempat di mana Allah membisikkan apa yang boleh kita
lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan. Maka, menaati suara hati sama
artinya menaati Allah sendiri.
·
Ketaatan kepada suara hati atau ketaatan kepada Allah itu perlu
dilatihkan mulai dari hal-hal kecil.
·
Banyak orang tahu bahwa berbohong itu tidak baik tetapi banyak
orang terbiasa melakukannya. Kalau kebiasaan itu tidak dikikis sejak awal, maka
kebiasaan tersebut akan terbawa seumur hidup. Bahkan awalnya berbohong kecil-kecilan
bisa menjadi bohong besar dan penipuan.
Resapkanlah
cerita berikut:
“Kios
Suara Hati”
Beberapa
waktu yang lalu pernah muncul sebuah kisah menarik yangditayangkan dalam berita
televisi di Taiwan. Di pegunungan Alishan ada sebuah tempat yang bernama Rueili.
Seutas jalan yang menghubungkan Chiay dan Alishan melewati daerah ini.
Di
pinggir jalan ada sebuah tempat penjualan sayur-sayuran segar,sayuran yang
tumbuh dan mendapat pupuk organik alamiah tanpa bahanbahan kimia yang dewasa
ini disinyalir oleh dunia medis sebagai unsur yang bisa mendatangkan kanker. Di
samping sayur mayur, ada juga buah-buahan segar dijajar dalam kios kecil itu.
Namun
anehnya, kios itu terbuka selama 24 jam sehari dan tak pernah ditutup. Lebih
aneh lagi, tak ada seorangpun yang duduk di sana melayani para pembeli. Daftar
harga per kilogram dari masing-masing barang tertulis jelas.
Sebuah
alat timbang terletak di atas meja. Sebuah tong yang dibuat dari kayu ditinggalkan
di salah satu sudut. Dalam tong kayu ini terdapat lembaran uang kertas serta
uang logam yang dimasukan oleh para pembeli.
Di
luar kios tersebut tertulis dalam huruf Cina; “Kios Suara Hati.” Seorang ibu
tua, penduduk asli di daerah pegunungan Alishan, ketika ditanya oleh wartawan
TV berkata; “Lewat kios kecil ini saya ingin mendidik setiap orang untuk menghormati suara hati
masing-masing. Di sini tak ada orang yang menjaga. Namun saya yakin, suara hati
setiap orang akan meneguhkan atau mengadili bila ia berbuat sesuatu.
http://www.petrafmjogja.com/2012/11/16/kisah-inspirasi-kios-suara-hati/
Santo
Paulus, ketika ditangkap dan dijebloskan ke penjara, di depan umum dengan
bangga dan berani berkata: “Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku
tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar