Rabu, 22 September 2021

Bacaan Kitab Suci dan Renungan Harian, Kamis 23 September 2021

Kamis, 23 September 2021
Peringatan Wajib St. Pius dari Pietrelcina (Padre Pio), Imam

“Doa adalah kunci yang membuka hati Tuhan” (St. Pius dari Pietrelcina)
       
Antifon Pembuka (Bdk. Luk 4:18)
  
Roh Tuhan menyertai aku. Aku diurapi-Nya dan diutus mewartakan kabar gembira kepada kaum fakir miskin dan menghibur orang yang remuk redam.
   


Doa Pembuka

Allah Bapa Yang Mahakuasa dan penuh belaskasih, Engkau sudah memasyhurkan Santo Padre Pio. Semoga berkat doa dan teladannya kami berusaha membawa sesama kepada cinta kasih Kristus dan dapat memperoleh kemuliaan abadi bersama mereka. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin. 
  
Bacaan dari Nubuat Hagai (1:1-8)
     
"Bangunlah rumah Tuhan dan Aku akan berkenan menerimanya."
    
Pada tahun kedua pemerintahan Raja Darius, pada hari pertama bulan keenam, datanglah sabda Tuhan dengan perantaraan Nabi Hagai kepada Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan kepada Yosua bin Yozadak, imam besar, bunyinya, “Beginilah sabda Tuhan semesta alam, ‘Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah Tuhan!’ Maka datanglah sabda Tuhan dengan perantaraan Nabi Hagai, bunyinya: Apakah sudah tiba waktunya bagi kalian untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang rumah Tuhan tetap menjadi reruntuhan? Oleh sebab itu beginilah sabda Tuhan semesta alam, ‘Perhatikanlah keadaanmu! Kalian menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit. Kalian makan, tetapi tidak sampai kenyang. Kalian minum, tetapi tidak sampai puas. Kalian berpakaian, tetapi badanmu tidak menjadi hangat. Dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja tetapi upahnya ditaruh dalam pundi-pundi yang berlubang!’ Beginilah sabda Tuhan semesta alam, ‘Perhatikanlah keadaanmu! Maka naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah rumah Tuhan. Maka aku akan berkenan menerimanya, dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ.”

Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan berkenan akan umat-Nya.
Ayat. (Mzm 149:1-2.3-4.5-6a.9b)
1. Nyanyikanlah bagi Tuhan lagu yang baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh! Biarlah Israel bersukacita atas penciptanya, biarlah Sion bersorak-sorai atas raja mereka.

2. Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab Tuhan berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang yang rendah hati dengan keselamatan.

3. Biarlah orang saleh beria-ria dalam kemuliaan, biarlah mereka bersorak-sorai di atas tempat tidur. Biarlah pujian pengagungan Allah ada dalam kerongkongan mereka. Itulah semarak bagi orang yang dikasihi Allah.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 14:6)
Akulah jalan, kebenaran dan hidup; hanya melalui Aku orang sampai kepada Bapa.
     
Inilah Injil Suci menurut Lukas (9:7-9)
   
"Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal besar itu?"
    
Ketika Herodes, raja wilayah Galilea, mendengar segala sesuatu yang terjadi, ia merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi zaman dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata, “Yohanes kan telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal besar itu?” Lalu ia berusaha untuk dapat bertemu dengan Yesus.

Demikianlah Sabda Tuhan
Terpujilah Kristus


Renungan
 
Tidak terlalu sulit untuk memahaminya ketika dikatakan bahwa keadaan hidup kita tidak lebih dari cerminan keadaan pikiran kita.

Sederhananya itu berarti bahwa apa yang kita pikirkan tercermin dari bagaimana hidup kita.

Dalam bacaan pertama, Tuhan, melalui nabi Hagai mengatakan ini kepada umat-Nya:
‘Perhatikanlah keadaanmu!"
  
Dan refleksinya seperti ini: Kalian menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit. Kalian makan, tetapi tidak sampai kenyang. Kalian minum, tetapi tidak sampai puas. Kalian berpakaian, tetapi badanmu tidak menjadi hangat. Dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja tetapi upahnya ditaruh dalam pundi-pundi yang berlubang!
  
Tetapi keadaan hidup orang-orang ini hanyalah cerminan dari keadaan pikiran mereka.

Karena mereka mengatakan bahwa waktunya belum tiba untuk membangun kembali Bait Suci Tuhan, dan mereka telah meninggalkannya dalam reruntuhan.

Tetapi di sisi lain, orang-orang lebih peduli tentang tempat tinggal mereka sendiri dan tentang kesejahteraan mereka sendiri, dan mengabaikan hal-hal dari Tuhan.

Tetapi kekhawatiran mereka sendiri atas hal-hal mengenai Tuhan tidak membawa apa-apa kepada mereka kecuali kekurangan dan kekurangan yang terus-menerus dari apa yang mereka usahakan.

Jadi melalui nabi Hagai, Tuhan harus mengingatkan umat-Nya - Ketika Tuhan dimuliakan, orang-orang akan makmur. Jika tidak, mereka akan bekerja dengan sia-sia dan tanpa hasil.

Marilah kita mengingat ini juga, karena ketika kita menempatkan Tuhan di atas dan di atas segala urusan kita, Dia akan memberkati kita dan kita akan makmur dan damai.
 
Antifon Penutup (Mat 28:20)

Lihatlah, Aku menyertai kamu senantiasa bahkan sampai akhir zaman, sabda Tuhan.




Doa Penutup

Allah Bapa sumber segala kebaikan, semoga benih yang telah Kautaburkan kini menghasilkan buah. Semoga sabda-Mu mendatangkan kedamaian dan membuat kami bersedia mengabdi sesama tanpa pamrih. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin. 

Senin, 13 September 2021

AKU PRIBADI YANG UNIK

 Aku Pribadi yang Unik

Kompetensi Dasar

1.1. Bersyukur kepada Allah atas keberadaan dirinya dengan segala kemampuan dan keterbatasannya.

2.1.Bertanggungjawab dalam menerima diri dengan segala kemampuan dan keterbatasannya.

3.1.Memahami diri yang memiliki kemampuan dan keterbatasannya.

4.1.Melakukan aktivitas (misalnya menuliskan refleksi/ menuliskan doa/ menuliskan puisi) yang berkaitan dengan kemampuan dan keterbatasannya.

 

Indikator

3.1.1.      Menganalisis data pribadi tentang kekuatan-kekuatan dan keterbatasanketerbatasan yang ada dalam diri sendiri.

3.1.2.      Menjelaskan pengertian manusia sebagai pribadi yang unik

3.1.3.      Merumuskan ajaran Kitab Suci tentang keunikan manusia berdasarkan Kej 1:26-31

3.1.4.      Membuat doa syukur karena diciptakan sebagai pribadi yang unik

3.1.5.      Membuat gambar simbol diri dan mensharingkan di depan kelas

 

Pemikiran Dasar

Setiap manusia itu unik (unique/ Inggris atau unus/ latin = satu), tak ada satu orang pun yang mempunyai kesamaan dengan orang lain. Bahkan manusia kembar sekalipun selalu mempunyai perbedaan. Perbedaan itu lebih jauh dan lebih dalam dari yang dapat dilihat, dirasa, didengar dan dikatakan. Pada umumnya perbedaan ini yang membuat orang iri hati, bertentangan, bermusuhan dan ingin saling meniadakan. Padahal dengan perbedaan itu justru orang dapat saling memperkaya dan melengkapi. Perbedaan itulah yang menjadi keunikan setiap manusia. Keunikan itu bisa diamati dari hal-hal fisik, psikis, bakat/ kemampuan serta pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Keunikan diri itu merupakan anugerah yang menjadikan diri seseorang berbeda dan dapat dikenal dan diperlakukan secara khusus pula.

Untuk mengatasi perbedaan itu, diperlukan sikap menerima diri apa adanya. Jabatan dalam keorganisasian dapat digantikan oleh orang lain, tetapi kedudukan setiap manusia dalam seluruh kerangka ciptaan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Peran orang tua dalam keluarga dapat saja digantikan oleh orang lain, tetapi peran sebagai ciptaan tidak mungkin digantikan oleh siapapun. Tuhan menciptakan setiap manusia dengan tugas yang khas di dunia ini.

Orang yang bersikap positif akan menerima keunikan itu sebagai anugerah, ia bangga bahwa dirinya berbeda, ia bersyukur bahwa apa pun yang ada pada dirinya merupakan pemberian Tuhan yang baik adanya. Dengan demikian, ia tidak akan minder, ia tidak berniat menjadi sama seperti orang lain, ia tidak akan menganggap dirinya tidak berharga, ia tidak akan melakukan tindakan yang melawan kehendak Tuhan akibat ketidakpuasan terhadap dirinya, hidupnya akan tenang dan mampu bergaul dengan siapa saja. Ada orang yang kurang menerima keunikan diri. Orang yang demikian akan merasa tidak puas, bahkan dapat melakukan tindakan apa pun demi menutupi keterbatasan diri, misalnya operasi plastik.

Orang yang demikian sering beranggapan seolah penampilan luar lebih penting.

Singkatnya, manusia adalah makhluk yang indah dan “istimewa”. Keistimewaan dan keagungan manusia ini hendaknya sungguh disadari oleh semua peserta didik. Sebagai orang beriman kristiani yang sungguh-sungguh ingin semakin memahami, menerima, bangga, dan percaya diri, Yesus adalah teladan yang paling utama dan pertama. Dari semula Ia menyadari diri sebagai manusia yang berbeda dengan yang lainnya. Dari cara berpikir, bersikap dan bertindak, Ia tidak ragu menunjukkan diri sebagai pribadi yang tidak sama dengan yang lainnya.

Sebagai seorang pribadi kita harus menyadari, mengerti dan menerima diri apa adanya. Dengan demikian kitapun akan dapat semakin mengembangkan diri dan melakukan sesuatu dengan kesadaran diri (self-consciousness), penerimaan diri (self-acceptance), kepercayaan diri (self-confidence) dan perasaan aman diri (selfassurance) yang tinggi. Dengan dasar itu kita dapat mengisi hidup, meraih cita-cita dan melaksanakan panggilan Allah.

Menerima diri merupakan proses yang tidak mudah. Banyak remaja yang seringkali tergoda untuk merasa tidak puas dengan dirinya sendiri. Ketika melihat temannya lebih kaya, ada remaja yang berpikir: mengapa saya dilahirkan dalam keluarga yang miskin? Ketika melihat orang lain berkulit putih, ada remaja yang berfikir: mengapa saya dilahirkan dengan kulit kusam? Ketika melihat temannya berhidung mancung, ada remaja yang berpikir: mengapa saya dilahirkan dengan hidung pesek? Melihat temannya pintar dalam pelajaran tertentu, ada remaja yang berpikir: mengapa saya tidak sepandai dia?

Mereka yang masih berpikir seperti itu, rupanya belum menyadari; bahwa untuk hal-hal tertentu, khususnya yang bersifat fisik-jasmaniah, apa yang melekat dalam diri kita sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan. Mereka lupa, bahwa banyak orang kaya juga tidak bahagia, banyak orang cantik atau tampan juga tidak sukses; sebaliknya banyak orang dengan wajah biasa (bahkan kurang menarik) dari keluarga miskin sekalipun bisa sukses dan dihargai banyak orang.

Sikap tidak menerima diri bisa menumbuhkan sikap iri, ingin menjadi seperti orang lain, dan akhirnya menghalalkan segala cara. Kasus remajaremaja di Korea Selatan yang melakukan operasi plastik merupakan salah satu contohnya. Tetapi apa yang mereka lakukan bukan jaminan untuk bisa hidup bahagia.

Maka pertanyaan yang paling mendasar untuk direfleksikan adalah: nilai apa yang dapat menentukan kebahagiaan kalian? Apakah nilai seseorang ditentukan oleh kecantikan atau ketampanan? oleh hidung yang mancung? atau oleh sikap dan perilaku serta keteladanan hidup?

 

Mendalami Ajaran Kitab Suci tentang Keunikan Manusia

Kejadian 1:26-31

26 Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”

27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlahitu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atassegala binatang yang merayap di bumi.”

29 Berfirmanlah Allah: “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuhtumbuhanyang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.

30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhanhijau menjadi makanannya.” Dan jadilah demikian.

31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.

 

 

 

 

Bertolak dari bacaan KS di atas, kita dapat belajar bahwa:

·         Waktu menciptakan manusia, Allah merencanakan dan menciptakannya menurut gambar dan rupa-Nya. Menurut citra-Nya. (Kej 1:26)

·         Waktu menciptakan manusia, Allah seolah-olah perlu “bekerja” secara khusus. “Tuhan Allah membentuk manusia dari debu dan tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya” (Kej 2:7).

·         Segala sesuatu, termasuk taman Firdaus, diserahkan oleh Allah untuk manusia (Kej 1:26).

·         Bukankah manusia itu istimewa? Tuhan memperlakukan manusia secara khusus. Manusia sudah dipikirkan dan direncanakan oleh Allah sejak keabadian. Kehadiran manusia di muka bumi telah disiapkan dan diatur secara teliti dan mengagumkan. Manusia sungguh diperlakukan sebagai “orang”, sebagai pribadi, “seperti” Tuhan sendiri. Betapa uniknya kita manusia ini!

·         Sebagai orang beriman kristiani yang sungguh-sungguh ingin semakin memahami, menerima, bangga, dan percaya diri, Yesus adalah teladan yang paling utama dan pertama. Dari semula Ia menyadari diri sebagai manusia yang berbeda dengan yang lainnya. Dari cara berpikir, bersikap dan bertindak, Ia tidak ragu menunjukkan diri sebagai pribadi yang tidak sama dengan yang lainnya. Sebagai seorang pribadi kita harus menyadari, mengerti dan menerima diri apa adanya. Dengan demikian kitapun akan dapat semakin mengembangkan diri dan melakukan sesuatu dengan kesadaran diri (self-consciousness), penerimaan diri (self-acceptance), kepercayaan diri (self-confidence) dan perasaan aman diri (self-assurance) yang tinggi. Dengan dasar itu kita dapat mengisi hidup, meraih cita-cita dan melaksanakan panggilan Allah.

Selasa, 07 September 2021

SUARA HATI

A. Suara Hati

Kompetensi Dasar

3.5. Memahami sikap dan perilaku patuh terhadap suara hati dan dapat bertindak secara benar dan tepat

4.5. Berperilaku patuh terhadap suara hati dan dapat bertindak secara benar dan tepat

Tujuan Pembelajaran

  1. Setelah mendalami kisah boy dan sharing tentang pengalaman bertindak sesuai suara hati, peserta didik dapat memahami makna suara hati dilihat dan berbagai segi.
  2. Setelah mendalami pandangan Gereja (GS art. 16) dan Kitab Suci (Gal 5: 16-25), peserta didik dapat menjadikan suara hati sebagai hukum yang utama.
  3. Setelah mendalami proses tentang bertindak berdasarkan suara hati, peserta didik dapat membuat refleksi dan motto/stiker tentang penghayatannya berdasarkan suara hati.

Indikator

  1.        Menjelaskan arti dan makna suara hati
  2.        Menceritakan pengalaman bertindak berdasarkan suara hati.
  3.        Menjelaskan pandangan Gereja tentang Suara Hati (GS, art. 16).
  4.        Menyebutkan faktor-faktor penyebab tumpulnya suara hati.
  5.        Merumuskan cara-cara untuk membina suara hati.
  6.        Menafsirkan pesan Kitab Suci (Gal 5:16-25) yang berhubungan dengan suara hati.
  7.      Menuliskan refleksi yang mengungkapkan niat untuk melakukan segala sesuatu menuruti suara hatinya

Bahan Kajian

  1. Arti dan makna suara hati
  2. Pengalaman bertindak berdasarkan suara hati.
  3. Pandangan Gereja tentang Suara Hati (GS, art. 16).
  4. Faktor-faktor penyebab tumpulnya suara hati.
  5. Cara untuk membina suara hati..
  6. Pesan Kitab Suci (Gal 5:16-25) yang berhubungan dengan suara hati.

 

Pemikiran Dasar

Perkembangan sosial yang begitu cepat banyak membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, demikian juga persoalan-persoalan yang ditimbulkannya. Persoalan-persoalan tersebut membutuhkan pemecahan yang tepat. Di samping itu banyak tata nilai yang mengalami perubahan, seperti ketaatan, sopan santun, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dsb. sering menjadi kabur. Berhadapan dengan situasi itu kaum remaja perlu mendapatkan pendampingan, sehingga tidak salah dalam mengambil keputusan. Mereka harus belajar membuat keputusan dengan mendengarkan suara hati atau hati nuraninya.

Suara hati secara luas dapat diartikan sebagai keinsafan akan adanya kewajiban. Hati nurani merupakan kesadaran moral yang timbul dan tumbuh dalam hati manusia, sedangkan hati nurani secara sempit dapat diartikan sebagai penerapan kesadaran moral dalam situasi konkret, yang menilai suatu tindakan manusia atas buruk baiknya. Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun dapat keliru.

Suara hati atau hati nurani merupakan daya atau kemampuan khusus untuk membedakan perbuatan baik atau perbuatan buruk, serta menilai baik-buruknya perbuatan itu berdasarkan akal budi. Conscience atau hati nurani merupakan hasil dialog pribadi kita yang terdalam dengan Allah ketika kita menghadapi dan  menanggapi situasi hidup sehari – hari.

Santo Paulus mengatakan kepada kita bahwa dalam diri kita ada dua hukum,yaitu hukum Allah dan hukum dosa. Kedua hukum itu saling bertentangan. Hukum Allah menuju kepada kebaikan, sedangkan hukum dosa menuju kepada kejahatan. Santo Paulus menyadari bahwa selalu ada pergulatan antara yang baik dan yang jahat dalam hati manusia (lih. Rom 7: 13-26). Sementara dalam suratnya kepada jemaat di Galatia 5: 17 Santo Paulus mengatakan bahwa kita harus memberikan diri dipimpin oleh Roh. Kita harus berusaha memenangkan hati nurani kita dan mengalahkan kecenderungan kita yang menyesatkan. Kita harus peka terhadap sapaan dan rahmat Allah.

Selanjutnya, Gereja melalui Konsili Vatikan II, khususnya dalam Gaudium et Spes Art. 16, antara lain dikatakan, “Tidak jarang terjadi, bahwa hati nurani keliru karena ketidaktahuan yang tak teratasi. Karena hal itu, ia tidak kehilangan martabatnya. Hal itu sebenarnya tak perlu terjadi kalau manusia berikhtiar untuk mencari yang benar dan baik”. Itu artinya manusia tidak boleh tunduk dan mengalah pada situasi yang membelenggu suara hati. Dengan bantuan Roh Allah kita dimampukan untuk mengalahkan kekuatan dahsyat yang menguasai suara hati kita, yang oleh Santo Paulus dinamai kuasa/ keinginan daging.

1.      Hati nurani  dapat diartikan secara luas dan secara sempit. 

  •       Arti luas: Dalam arti luas hati nurani berarti kesadaran moral yang tumbuh dan berkembang dalam hati manusia. Keinsyafan akan adanya kewajiban.
  •       Arti sempit: Hati nurani merupakan penerapan kesadaran moral di atas dalam situasi konkret seperti yang dialami Boy dalam kisah tadi. Suara hati yang menilai suatu tindakan manusia benar atau salah, baik atau buruk. Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun dapat keliru.

2.      Suara hati adalah suara Allah, maka melawan suara hati berarti melawan Allah. Agar kita setia pada kehendak Allah kita perlu bersatu dengan Roh Kudus dan mengandalkan kekuatannya

 

3.      Kerja suara hati dapat ditinjau dari berbagai segi:

a.    Segi waktu

1)        Hati nurani dapat berperanan sebelum suatu tindakan dibuat. Biasanya, hati nurani akan menyuruh kalau perbuatan itu baik dan melarang kalau perbuatan itu buruk.

2)        Hati nurani dapat berperan pada saat suatu tindakan dilakukan. Ia akan terus menyuruh jika perbuatan itu baik dan melarang jika perbuatan itu buruk atau jahat.

3)        Hati nurani dapat berperan sesudah suatu tindakan dibuat. Hati nurani akan “memuji” jika perbuatan itu baik dan hati nurani akan membuat kita gelisah atau menyesal jika perbuatan itu buruk atau jahat.

 

b.      Segi benar-tidaknya

1)      Hati nurani benar, jika kata hati kita cocok dengan norma objektif, misalnya: menolong orang yang sedang mengalami musibah.

2)      Hati nurani keliru, jika kata hati kita tidak cocok dengan norma Objektif

 

c.       Segi pasti-tidaknya

1)      Hati nurani yang pasti, artinya, secara moral dapat dipastikan bahwa hati nurani tidak keliru.

2)      Hati nurani yang bimbang, artinya, masih ada keraguan.

 

4.      Penyebab tumpulnya suara hati berikut ini:

a.    Orang yang bersangkutan tidak biasa menghiraukan hati nuraninya.

b.    Orang yang selalu bersifat ragu-ragu atau bingung.

c.    Pandangan masyarakat yang keliru. Misalnya: riba dianggap biasa!

d.   Pengaruh pendidikan dalam lingkungan keluarga atau lingkungan lainnya.

e.    Pengaruh propaganda, mass media dan arus massa.

 

5.      Cara kerja suara hati, antara lain:

a.       Sebelum bertindak, ia berfungsi sebagai petunjuk (indeks),  yang mengingatkan pengetahuan kita bahwa ada yang baik dan ada yang buruk. Sesungguhnya kesadaran moral semacam ini sudah dimiliki setiap orang dewasa.

b.      Pada saat-saat menjelang bertindak, ia bertindak sebagai hakim (iudeks), yang menyuruh kita melakukan yang baik dan melarang/menghindari yang jahat. Selama perbuatan itu belum selesai, suara hati akan bekerja terus antara menyuruh melakukan yang baik dan melarang melakukan yang jahat.

c.       Sesudah tindakan selesai dilakukan, ia berfungsi memberikan vonis (vindeks), yang akan menyatakan apakah perbuatan kita itu tepat atau tidak tepat. Bila yang kita lakukan itu benar, ia akan memberikan pujian sehingga kita merasakan ketenangan, tetapi bila yang kita lakukan itu yang jahat dan salah maka ia akan memberikan hukuman, yang membuat kita merasa bersalah dan tidak tenang, merasa dikejar-kejar kesalahan, dan sebagainya.

 

 

 

6.      Lewat hati nuraninya yang bersih, setiap orang dipanggil untuk bekerjasama memecahkan persoalan-persoalan dalam masyarakat, sehingga persoalan-persoalan dalam masyarakat seharusnya dipecahkan pertama-tama melalui dialog yang dilandasi hati nurani, karena hati nurani adalah suara Allah. Jangan langsung didekati secara agama masing-masing atau melalui hukum.

Contoh: ketika menangkap orang yang mencuri pisang hanya beberapa biji, menurut hukum wajib dikenai hukuman. Tetapi bisa jadi bila didekati secara nurani, akan muncul belas kasihan sehingga pencuri itu diampuni.

Contoh lain: bila ada pasangan muda-mudi berbeda agama mau menikah, menurut hukum Perkawinan Negara dilarang, tetapi bila menuruti hati nurani mungkin orang akan berpikir mengapa cinta harus dibatasi dengan peraturan?

 

7.      Suara hati dapat dibina dengan cara:

a.    Mengikuti suara hati dalam segala hal

·         Seseorang yang selalu berbuat sesuai dengan hati nuraninya, hati nurani akan semakin terang dan berwibawa.

·         Seseorang yang selalu mengikuti dorongan suara hati, keyakinannya akan menjadi sehat dan kuat. Dipercayai orang lain, karena memiliki hati yang murni dan mesra dengan Allah “Berbahagialah orang yang murni hatinya, karena mereka akan memandang Allah.” (Mat 5: 8).

b.   Mencari keterangan pada sumber yang baik

·         Dengan membaca: Kitab Suci, Dokumen-Dokumen Gereja, dan buku-buku lain yang bermutu.

·         Dengan bertanya kepada orang yang punya pengetahuan/ pengalaman dan dapat dipercaya

·         Ikut dalam kegiatan rohani, misalnya rekoleksi, retret, dsb.

·         Koreksi diri atau introspeksi

·         Koreksi atas diri sangat penting untuk dapat selalu mengarahkan hidup kita.

c.    Menjaga kemurnian hati

·         Menjaga kemurnian hati terwujud dengan melepaskan emosi dan nafsu, serta tanpa pamrih, yang nampak dalam tiga hal:

·         Maksud yang lurus (recta intentio): ia konsisten dengan apa yang direncanakan, tanpa dibelokkan ke kiri atau ke kanan.

·         Pengaturan emosi (ordinario affectum): ia tidak menentukan  keputusan secara emosional.

·         Pemurnian hati (purification cordis): tidak ada kepentingan pribadi atau maksud-maksud tertentu di balik keputusan yang diambil.

·         Hal ini dapat dilatih dengan penelitian batin, seperti merefleksikan rangkaian kata dan tindakan sepanjang hari itu, berdoa sebelum melakukan aktivitas, dan lain-lain.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Menghayati Suara Hati Sebagai Pedoman dalam Mengambil Keputusan.

 

Ambil sikap hening. Dalam suasana hening, baca dan renungkan uraian berikut ini

 

·         Suara hati adalah tempat di mana Allah membisikkan apa yang boleh kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan. Maka, menaati suara hati sama artinya menaati Allah sendiri.

·         Ketaatan kepada suara hati atau ketaatan kepada Allah itu perlu dilatihkan mulai dari hal-hal kecil.

·         Banyak orang tahu bahwa berbohong itu tidak baik tetapi banyak orang terbiasa melakukannya. Kalau kebiasaan itu tidak dikikis sejak awal, maka kebiasaan tersebut akan terbawa seumur hidup. Bahkan awalnya berbohong kecil-kecilan bisa menjadi bohong besar dan penipuan.

 

Resapkanlah cerita berikut:

 

“Kios Suara Hati”

Beberapa waktu yang lalu pernah muncul sebuah kisah menarik yangditayangkan dalam berita televisi di Taiwan. Di pegunungan Alishan ada sebuah tempat yang bernama Rueili. Seutas jalan yang menghubungkan Chiay dan Alishan melewati daerah ini.

 

Di pinggir jalan ada sebuah tempat penjualan sayur-sayuran segar,sayuran yang tumbuh dan mendapat pupuk organik alamiah tanpa bahanbahan kimia yang dewasa ini disinyalir oleh dunia medis sebagai unsur yang bisa mendatangkan kanker. Di samping sayur mayur, ada juga buah-buahan segar dijajar dalam kios kecil itu.

 

Namun anehnya, kios itu terbuka selama 24 jam sehari dan tak pernah ditutup. Lebih aneh lagi, tak ada seorangpun yang duduk di sana melayani para pembeli. Daftar harga per kilogram dari masing-masing barang tertulis jelas.

 

Sebuah alat timbang terletak di atas meja. Sebuah tong yang dibuat dari kayu ditinggalkan di salah satu sudut. Dalam tong kayu ini terdapat lembaran uang kertas serta uang logam yang dimasukan oleh para pembeli.

 

Di luar kios tersebut tertulis dalam huruf Cina; “Kios Suara Hati.” Seorang ibu tua, penduduk asli di daerah pegunungan Alishan, ketika ditanya oleh wartawan TV berkata; “Lewat kios kecil ini saya ingin mendidik  setiap orang untuk menghormati suara hati masing-masing. Di sini tak ada orang yang menjaga. Namun saya yakin, suara hati setiap orang akan meneguhkan atau mengadili bila ia berbuat sesuatu.

 

http://www.petrafmjogja.com/2012/11/16/kisah-inspirasi-kios-suara-hati/

 

Santo Paulus, ketika ditangkap dan dijebloskan ke penjara, di depan umum dengan bangga dan berani berkata: “Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah.”


Bacaan Kitab Suci dan Renungan Harian, Kamis 23 September 2021

Kamis, 23 September 2021 Peringatan Wajib St. Pius dari Pietrelcina (Padre Pio), Imam “Doa adalah kunci yang membuka hati Tuhan” (St. Pius d...