Aku Pribadi yang Unik
Kompetensi Dasar
1.1. Bersyukur kepada Allah atas
keberadaan dirinya dengan segala kemampuan dan keterbatasannya.
2.1.Bertanggungjawab dalam menerima
diri dengan segala kemampuan dan keterbatasannya.
3.1.Memahami diri yang memiliki
kemampuan dan keterbatasannya.
4.1.Melakukan aktivitas (misalnya
menuliskan refleksi/ menuliskan doa/ menuliskan puisi) yang berkaitan dengan
kemampuan dan keterbatasannya.
Indikator
3.1.1.
Menganalisis
data pribadi tentang kekuatan-kekuatan dan keterbatasanketerbatasan yang ada
dalam diri sendiri.
3.1.2.
Menjelaskan
pengertian manusia sebagai pribadi yang unik
3.1.3.
Merumuskan
ajaran Kitab Suci tentang keunikan manusia berdasarkan Kej 1:26-31
3.1.4.
Membuat doa syukur karena diciptakan
sebagai pribadi yang unik
3.1.5.
Membuat gambar simbol diri dan mensharingkan
di depan kelas
Pemikiran Dasar
Setiap
manusia itu unik (unique/ Inggris atau unus/ latin = satu), tak
ada satu orang pun yang mempunyai kesamaan dengan orang lain. Bahkan manusia
kembar sekalipun selalu mempunyai perbedaan. Perbedaan itu lebih jauh dan lebih
dalam dari yang dapat dilihat, dirasa, didengar dan dikatakan. Pada umumnya
perbedaan ini yang membuat orang iri hati, bertentangan, bermusuhan dan ingin
saling meniadakan. Padahal dengan perbedaan itu justru orang dapat saling
memperkaya dan melengkapi. Perbedaan itulah yang menjadi keunikan setiap
manusia. Keunikan itu bisa diamati dari hal-hal fisik, psikis, bakat/ kemampuan
serta pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Keunikan diri itu merupakan
anugerah yang menjadikan diri seseorang berbeda dan dapat dikenal dan diperlakukan
secara khusus pula.
Untuk
mengatasi perbedaan itu, diperlukan sikap menerima diri apa adanya. Jabatan
dalam keorganisasian dapat digantikan oleh orang lain, tetapi kedudukan setiap
manusia dalam seluruh kerangka ciptaan tidak dapat digantikan oleh orang lain.
Peran orang tua dalam keluarga dapat saja digantikan oleh orang lain, tetapi
peran sebagai ciptaan tidak mungkin digantikan oleh siapapun. Tuhan menciptakan
setiap manusia dengan tugas yang khas di dunia ini.
Orang
yang bersikap positif akan menerima keunikan itu sebagai anugerah, ia bangga
bahwa dirinya berbeda, ia bersyukur bahwa apa pun yang ada pada dirinya
merupakan pemberian Tuhan yang baik adanya. Dengan demikian, ia tidak akan
minder, ia tidak berniat menjadi sama seperti orang lain, ia tidak akan
menganggap dirinya tidak berharga, ia tidak akan melakukan tindakan yang
melawan kehendak Tuhan akibat ketidakpuasan terhadap dirinya, hidupnya akan
tenang dan mampu bergaul dengan siapa saja. Ada orang yang kurang menerima
keunikan diri. Orang yang demikian akan merasa tidak puas, bahkan dapat
melakukan tindakan apa pun demi menutupi keterbatasan diri, misalnya operasi
plastik.
Orang
yang demikian sering beranggapan seolah penampilan luar lebih penting.
Singkatnya,
manusia adalah makhluk yang indah dan “istimewa”. Keistimewaan dan keagungan
manusia ini hendaknya sungguh disadari oleh semua peserta didik. Sebagai orang
beriman kristiani yang sungguh-sungguh ingin semakin memahami, menerima,
bangga, dan percaya diri, Yesus adalah teladan yang paling utama dan pertama.
Dari semula Ia menyadari diri sebagai manusia yang berbeda dengan yang lainnya.
Dari cara berpikir, bersikap dan bertindak, Ia tidak ragu menunjukkan diri
sebagai pribadi yang tidak sama dengan yang lainnya.
Sebagai
seorang pribadi kita harus menyadari, mengerti dan menerima diri apa adanya.
Dengan demikian kitapun akan dapat semakin mengembangkan diri dan melakukan
sesuatu dengan kesadaran diri (self-consciousness),
penerimaan diri (self-acceptance),
kepercayaan diri (self-confidence)
dan perasaan aman diri (selfassurance)
yang tinggi. Dengan dasar itu kita dapat mengisi hidup, meraih cita-cita dan
melaksanakan panggilan Allah.
Menerima
diri merupakan proses yang tidak mudah. Banyak remaja yang seringkali tergoda
untuk merasa tidak puas dengan dirinya sendiri. Ketika melihat temannya lebih
kaya, ada remaja yang berpikir: mengapa saya dilahirkan dalam keluarga yang
miskin? Ketika melihat orang lain berkulit putih, ada remaja yang berfikir:
mengapa saya dilahirkan dengan kulit kusam? Ketika melihat temannya berhidung
mancung, ada remaja yang berpikir: mengapa saya dilahirkan dengan hidung pesek?
Melihat temannya pintar dalam pelajaran tertentu, ada remaja yang berpikir:
mengapa saya tidak sepandai dia?
Mereka
yang masih berpikir seperti itu, rupanya belum menyadari; bahwa untuk hal-hal
tertentu, khususnya yang bersifat fisik-jasmaniah, apa yang melekat dalam diri
kita sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan. Mereka
lupa, bahwa banyak orang kaya juga tidak bahagia, banyak orang cantik atau
tampan juga tidak sukses; sebaliknya banyak orang dengan wajah biasa (bahkan
kurang menarik) dari keluarga miskin sekalipun bisa sukses dan dihargai banyak
orang.
Sikap
tidak menerima diri bisa menumbuhkan sikap iri, ingin menjadi seperti orang
lain, dan akhirnya menghalalkan segala cara. Kasus remajaremaja di Korea
Selatan yang melakukan operasi plastik merupakan salah satu contohnya. Tetapi
apa yang mereka lakukan bukan jaminan untuk bisa hidup bahagia.
Maka
pertanyaan yang paling mendasar untuk direfleksikan adalah: nilai apa yang
dapat menentukan kebahagiaan kalian? Apakah nilai seseorang ditentukan oleh
kecantikan atau ketampanan? oleh hidung yang mancung? atau oleh sikap dan
perilaku serta keteladanan hidup?
Mendalami Ajaran
Kitab Suci tentang Keunikan Manusia
Kejadian
1:26-31
26 Berfirmanlah
Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya
mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
ternak dan atas
seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”
27 Maka Allah
menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya
dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
28 Allah
memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan
bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlahitu, berkuasalah atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atassegala binatang yang
merayap di bumi.”
29 Berfirmanlah
Allah: “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuhtumbuhanyang berbiji di
seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi
makananmu.
30 Tetapi kepada
segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di
bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhanhijau menjadi makanannya.”
Dan jadilah demikian.
31 Maka Allah
melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.Jadilah petang dan
jadilah pagi, itulah hari keenam.
Bertolak
dari bacaan KS di atas, kita dapat belajar bahwa:
·
Waktu
menciptakan manusia, Allah merencanakan dan menciptakannya menurut gambar dan
rupa-Nya. Menurut citra-Nya. (Kej 1:26)
·
Waktu
menciptakan manusia, Allah seolah-olah perlu “bekerja” secara khusus. “Tuhan Allah
membentuk manusia dari debu dan tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam
hidungnya” (Kej 2:7).
·
Segala
sesuatu, termasuk taman Firdaus, diserahkan oleh Allah untuk manusia (Kej
1:26).
·
Bukankah
manusia itu istimewa? Tuhan memperlakukan manusia secara khusus. Manusia sudah
dipikirkan dan direncanakan oleh Allah sejak keabadian. Kehadiran manusia di
muka bumi telah disiapkan dan diatur secara teliti dan mengagumkan. Manusia
sungguh diperlakukan sebagai “orang”, sebagai pribadi, “seperti” Tuhan sendiri.
Betapa uniknya kita manusia ini!
·
Sebagai
orang beriman kristiani yang sungguh-sungguh ingin semakin memahami, menerima,
bangga, dan percaya diri, Yesus adalah teladan yang paling utama dan pertama.
Dari semula Ia menyadari diri sebagai manusia yang berbeda dengan yang lainnya.
Dari cara berpikir, bersikap dan bertindak, Ia tidak ragu menunjukkan diri
sebagai pribadi yang tidak sama dengan yang lainnya. Sebagai seorang pribadi
kita harus menyadari, mengerti dan menerima diri apa adanya. Dengan demikian
kitapun akan dapat semakin mengembangkan diri dan melakukan sesuatu dengan
kesadaran diri (self-consciousness), penerimaan diri (self-acceptance),
kepercayaan diri (self-confidence) dan perasaan aman diri (self-assurance)
yang tinggi. Dengan dasar itu kita dapat mengisi hidup, meraih cita-cita dan
melaksanakan panggilan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar